Sabtu, 08 Oktober 2011

Stratak Ekonomi Politik

Aqidah Strategy Politik

Politik dan Strategy bagaikan satu keeping uang logam yang tidak bisa di pisahkan, mereka saling menyatu dan saling melengkapi, dengan meminjam istilah. Machiavelli, “Ide politik yang di kemukakan oleh seseorang atau kelompok akan memecah masyarakat pada saat ide itu di umumkan, dan dalam setiap keadaan ada pihak yang selalu di untungkan dan pihak yang di rugikan”.Karena setiap perubahan menciptakan adanya pihak yang kalah dan pihak yang menang, hal ini berlaku mutlak dan tak terbantahkan dalam dunia politik, oleh karena itu setiap ide, gagasan dan strategy pasti akan memiliki pendukung dan penentang.

Pendukung dan penentang sebuah ide seringkali sulit untuk di identifikasi, karena keberadaan para penentang biasanya tersembunyi dan banyak melakukan kegiatan dengan membuat perencanaan secara diam – diam. Hal ini membuat mereka semakin sulit dikenali, terutama jika sebuah keputusan atau persetujuan umum dibuat secara verbal.

Contohnya orang – orang yang berjuang memberantas korupsi akan mendapat dukungan terutama dari orang – orang yang secara umum menggolongkan korupsi sebagai sesuatu yang negatif. Tetapi jika dia bagian dari orang – orang yang diuntungkan dari korupsi tersebut mereka akan menentangnya. Karena pemberantasan korupsi sangat tergantung pada jenis korupsinya dan terjadi dinegara mana, jika yang dipermasalahkan adalah korupsi besar – besaran di pemerintahan, maka para pejuang anti korupsi akan mendapat dukungan luas dari masyarakat. Tapi jika yang akan diberantas adalah korupsi kecil – kecilan ditingkat bawah, maka dukungan yang mereka peroleh dari masyarakat tidak meluas.

Karena masyarakat bawah akan berfikir, bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa adanya suap kecil – kecilan. Dalam kasus ini bisa terjadi aliansi antara yang menyuap dan yang disuap, perang strategis melawan korupsi merupakan sebuah perang yang melibatkan banyak kepentiangan dan pengaruh.

A. Strategy Politik

Strategy politik adalah strategy yang di gunakan untuk merealisasikan cita-cita politik, guna merealisasikan cita-cita politik suatu partai perlu mengoptimalkan lagi program kerja yang terintegrasi dalam badan-badan yang telah di bentuk oleh partai, dan harus bisa berkordisansi sampai ditingkatan bawah. Dan para kadernya juga siap untuk menjadi pengawas atau pendamping dari program-program pemerintah yang sedang berjalan .contohnya seperti pembentukan administrasi dalam pemerintahan, atau di jalankan program privatisasi aset-aset pemerintah, deregulisasi dan dessentralisasi. Menurut penulis sendiri Strategy partai kedepan harus lebih focus pada reformasi ketatanegaraan, khususnyan reformasi birokrasi yakni, pada aspek penegagakan hukum dan menuju clean good goverment.

B. Strategy Pemilu

Prinsip dari kerja politik adalah bagaimana memenangkan pemilu dalam setiap tahapan baik pemilu Pilpres, legislative dan pilkada, maka dari itu tidak boleh bekerja secara reaktif, karena di politik tidak mengenal juara harapan yang ada, adalah menang dan kalah, maka seorang politisi tidak boleh melakukan kesalahan, jika bertindak salah sedikit saja bisa berakibat fatal, karena kerja di politik merupakan bagian dari pengabdian masyarakat yang menuntut pekerjaannya berhubungan erat dengan emosional, tapi dalam penyelesaiannya kerjanya harus rasional, setiap partai atau aktivis partai, harus bisa memandang kerja politik sebagai kerja tim, dalam kontek ini kita harus bisa berkordinasii dengan teman kita sendiri walaupun satu dapil, dan sebaiknya saling berkordinasai didalam semua tingkatan dari atas sampai bawah.

Kita semua tahu bahwa partai politik bagian dari artikulasi politik, dia harus bisa mengartikulasikan kehendak politik konstituennya, karena artikulasi kepentingan politik berarti mengkomunikasikan visi & misi partai ke ruang publik. Untuk para politisi atau aktivis partai setidaknya ada beberapa pengetahuan yang bisa di jadikan bahan rujukan dalam rangka memenagkan pemilu di semua tahapan dan tingkatan.

Pertama merencanakan misi yang akan dituju dengan mengedepankan realisme, optimis dan mungkin pesimis, mengapa harus pesimis dalam politik masalah tipu muslihat kawan dan lawan sangat jelas jadi standarisasi target harus di turunkan dengan mencari alternative yang lainnya, jika target utama tidak tercapai.

Kedua mengumpulkan fakta tentang personal kandidat yang akan di calonkan, program, kompetensi dan kinerja partai di lingkungan dengan meminta bantuan dari para wartawan dan tokoh masyarakat setempat, dalam system pemilu sekarang ini, dimana seorang kandidat di pilih langsung di daerh pemilihannya maka personal figure sangat penting yang di dukung oleh komponen-komponen lainnya di bawahnya.

Ketiga membangun aliansi sebanyak-banyaknya baik dengan ormas keagamaan, social, kepemudaan, budaya ataupun ormas profesional untuk di jadikan multiplikator, dia bertugas untuk menyampaikan pesan, dari kandidat kepada konstituen, Hal ini bisa berjalan dengan baik apabila di dukung oleh sumber daya manusia yang terorganisir, keuangan dan tim sukses yang solid.

Keempat setiap partai dan kandidat punya warna tersendiri dimana ia bergerak dalam lingkungan, masyarakat atau konstituen, dan biasanya mereka mempunyai pandangan tersendiri tentang partai, kandidat dan organisasi dalam waktu tertentu, tapi kebanyakan mereka minim atas informasi tentang hal ini. Maka di perlukan seorang multiplikator atau sang pembawa pesan dari kandidat ke konstituen.

Kelima menentukan sasaran yang akan di bidik berdasarkan target, missal dari kelompok social tertentu, live style tertentu, memasuki target kelompok formal / profesional (ikatan yang sudah mapan) dan non formal (forum masyarakat atau forum agama) ini di butuhkan sang multiplikator atau pemimpin opini yang sudah terlatih untuk bisa menyampaikan pesan dari kandidat kepada para konstituen dibawah, setelah itu mengevaluasi terhadap sasaran target dengan melakukan surve kecil perkelompok masyarakat yang menjadi sasaran target suara.

Keenam memperhatikan perangkat atau instrument dari kerja politik yakni, instrument komunikasi antar kelompok-kelompok politik (Partai politik,eksekutif, legislative di berbagai tingkatan, inisiatif warga,NGO,dsb.) dengan model propaganda,Iklan di berbagai media dan menggunakan model fungsi kehumasan.

Ketujuh memperhatikan factor manusia, keberhasilan strategy dan operasionalnya itu tergantung dari kecakapan siapa yang di beri wewenang dan tugas, sebaiknya seorang kandidat ataupun pemimpin politik untuk mengangkat menejer kampanye yang professional, dan menejer ini bisa bekerja mengambil keputusan secara politis dan strategis, merencakan model kampanye, bisa menjalankan roda organisasi serta seksi-seksi di bawahnya. Dan sebaiknya mengangkat menejer yang mempunyai sikap bijak, berani,sabar, tegas dan tulus dalam bekerja.

Kedelapan pengendalian strategy dengan lebih dulu memeriksa strategy yang lama serta mempersiapakan strategy yang baru dengan balajar dari strategy masa lalu agar bekerjanya lebih efektif, efisien dan tepat sasaran, karena keberhasilan strategy tergantung dari fakta dan data intelijen yang ada, karena prasyarat dari strategy adalah pengetahuan tentang diri kita itu siapa, mengetahui tentang kekuatan dan kelemhan lawan kita, serta kondisi masyarakat dimana strategy ini akan di terapakan, menurut Sun Tzu ahli strategy perang dari cina “Jika kamu mengenal lawanmu dan mengenal dirimu sendiri, kemenangan tidak akan di ragukan lagi. Apabila kamu tahu mana langit dan bumi, maka kemenangan akan lebih sempurna”. Contoh studi kasus untuk partai amanat nasional hampir rata-rata suara yang di sumbangkan oleh partai perkabupaten menempati di angka 3 % sampai dengan 5%, sedang suara caleg atau kandidat yang sekarang duduk menjadi anggota dewan di angka 15% seperti di daerah pemilihan Lampung 1, Daerah Istimewah Yogyakarta dan Jawa Timur 10. Bagi yang mendapatkan suara dengan cara membeli hasilnyapun tidak mutlak, ada penelitian yang di lakukan oleh PUSDEHAM di Yogyakarta beberapa bulan sebelum pemilu legislative 2009, dengan meneliti tingkat elektibilitas membeli suara ternyata dari membeli suara 1000 maka yang muncul hamper rata-rata di angka 200 sampai dengan 300 suara.Jadi artinya membeli suara hanya menghasilkan 20% sampi dengan 30% dan hasil ini setelah saya cocokkan dengan hasil pemilu 2009, dimana para kandidatnya mendapatkan suara dengan cara membeli tidak berbeda jauh dari hasil temuan PUSDEHAM yakni diangka 20% sampai dengan 30 %, walaupun di daerah lainnya banyak angka prosentasinya di bawah 20%. Tapi setidaknya hal ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama dalam menerapkan strategi di lapangan.

Kesembilan sebuahpartai yang berskala nasional harus bisa mengintegrasikan organisasi partai, kampanye dan pemilu dalam satu perencanaan atau pengendalian kebijakan,setelah itu melakuakan koordinasi program/ pengamatan terhadap pasar politik, Jika kita ingin menang dalam setiap tahapan pemilu, kita harus memperhatikan, pertama manajemen partai yang terdiri dari media, dewan pengurus partai, unit pengawas atau pengendali. Kedua perencanaan dan pengendalian kebijakan yakni riset pasar politik, pengembangan program dan koordinasi politik antar eksekutif, legislative, dan ormas-ormas yang ada di masyarakat. Ketiga Publik relation dengan menganalisa media cetak dan electronic, mengoptimalkan fungsi humas dan kegiatan-kegitan kampanye di tengah masyarakat. Keempat membangun komunikasi yang harmonis di internal partai dan memelihara data-data anggota, pemegang jabatan dan para mandataris atau wakil-wakil yang terpilih, selalu memberikan dukungan pada para anggota, memberikan pelayanan pada anggota-anggota serta pelatihan kaderisasi. Kelima Administrasi yang meliputi, personalia, pengolahan data, logistic dan administrasi perkantoran.

Kesepuluh fundraising /pendanaan partai dan kampanye,
pendanaan partai saat sekarang masing-masing masih mengandalkan setoran dari fraksinya, para pengurus, bantuan pemerintah dan uang fiktik setoran dari kasus tertentu, kedepan institusi partai harus mendapatkan dana dari iuran anggotanya atau partai harus memiliki badan usaha guna memenuhi biaya operasionalnya, jangan seperti saat sekarang laporan keuangan tidak jelas diantara uang masuk dan uang keluar. Di dalam mendapatkan dana atau penggalangan dana (fundraising) di butuhkan dua factor yakni, orang-orang yang kompeten dan system manajemen keuangan yang baik. Kedepan partai-partai yang ada harus menjadi partai yang berbasis ideology dengan memberikan penyelesaian permasalahan bangsa seacara komprehensif dan mengembangkan beberapa alternative problem solving, serta harus bisa menjadi partai yang konsisten dengan berorintasikan nilai-nila/norma-norma yang bersumber dari kultur bangsa Indonesia.